Categories
Begini Saja

Jangan Anda Ajak Teman Untuk Takut

Artikel ini diperiksa dan disunting ulang dari artikel Edy Suhardono yang pertama kali dipublikasikan di Facebook Edy Suhardono, “Jangan Anda Ajak Teman Untuk Takut”, 14 Januari 2016.

Terorisme yang sebenarnya justru pada teror akibat pemberitaan tentang terorisme. Tahukah Anda bahwa para perancang teror mentargetkan ENAM HAL yang hampir selalu menjadi mekanisme psikologik-sosial di benak publik berikut?

  1. Semua berita tentang peristiwa dramatik seperti bom bunuh diri menimbulkan mekanisme orang mencari teman yang SAMA-SAMA KETAKUTAN seperti dirinya.
  2. Tayangan beruntun, berulang, dan berdurasi panjang tentang korban yang berjatuhan dimaksudkan untuk MEMBUTAKAN MATA BAHWA ORANG BISA MATI KARENA SAKIT GIGI.
  3. Tragika yang terjadi sehari, sejam, semenit bahkan sedetik pun dipercayai efektif untuk MENYISIHKAN KESADARAN BAHWA ORANG TELAH MENGALAMI KESELAMATAN berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
  4. Bawah sadar orang lebih menyukai berita tentang PENYEBAB/ PELAKU YANG TIDAK TERLIHAT/TERTANGKAP untuk menjustifikasi bahwa ketakutan yang dialami beralasan.
  5. Hiperbolisasi tentang kebiadaban pelaku teroris menjadi semacam candu guna melupakan KETEGAAN, KEKEJAMAN BAHKAN KEBIADABAN YANG PERNAH DILAKUKAN seseorang terhadap sesamanya dalam kehidupan sehari-hari.
  6. Orang MERINDUKAN KEPASTIAN TENTANG RISIKO KEMATIAN akibat peristiwa teror sekadar untuk mengamankan diri dari ketidakpastian menghadapi risiko kematian akibat semacam kemacetan, kecelakaan lalu-lintas atau polusi udara.

Atas keenam pertimbangan, sebaiknya Anda tidak mengamini dengan ikut-ikutan menjadi amplifier atas pemberitaan tentang terorisme. Bayangkan, apakah terorisme akan sustainable tanpa bantuan diseminasi yang masif?

Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.

 

Terima kasih telah membaca. Beri komentar Anda tentang artikel ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *