Bagi linguist, “binaan” berasal dari kata dasar “bina”; artinya “pihak yang dikenai tindakan ‘membina'”. Tapi, bagi politisi, “pimpinan” yang berasal dari kata dasar “pimpin” BUKAN “pihak yang dikenai tindakan ‘memimpin'”. “Pimpinan” justru dimaknai sebagai “pihak yang melakukan tindakan ‘memimpin'”. Aneh, bukan? Namun faktanya, kita tanpa sadar memaknainya sebagaimana para politisi memaknai. Inilah yang disebut “permainan bahasa” dalam dunia politik.
Seburuk-buruknya pemain, ia masih lebih baik dibanding penonton yang paling baik’ sebaik-baiknya penonton, ia masih kalah baik dengan pemain yang paling buruk.
Tikus dan kecoa keluar dari sarangnya sebelum hujan badai, sementara burung-burung berkicau riang setelah itu. Pilihlah pemimpin sejati yang tidak seperti tikus, kecoa, atau burung. [Satwa Rimba Politika 2014]