Kutipan dari Edy Suhardono mengenai pernikahan, kesetiaan, dan perselingkuhan.
Semula ia merasa suaminya masih menyayanginya di saat dirinya penuh kekurangan. Tetapi, ketika peristiwa itu benar-benar terjadi, ia merasa tidak berhak untuk menyalahkan suaminya yang jatuh cinta pada wanita lain. Ia tidak mampu marah, karena memang memaksa dirinya sendiri untuk tidak marah. Yang tersisa adalah bahwa ia merasa sangat tersakiti dan tercampakkan, meski ia harus menyalahkan dirinya mengapa ia harus merasakan kesakitan yang seperti itu. [Edy Suhardono, 2014]
Setelah bertahun-tahun mempertanyakan arti kesetiaan, akhirnya dia melakukan tindakan berulang-ulang: perselingkuhan. Dia pasti ingat bahwa perselingkuhannya pernah dan bahkan sering dimaafkan oleh istrinya, tetapi ia sulit mengendalikan diri untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Jadi masalahnya bukan pada perselingkuhan itu sendiri, tetapi pada ketidakpeduliannya bahwa ia bahkan sering diampuni. [Edy Suhardono, 2014]
Siapa pun akan menanggung konsekuensi dari tindakan yang pada akhirnya menghancurkan pernikahan demi memuaskan hasrat mereka sendiri. Mereka tidak dapat mengelakkan konsekuensi itu dengan menikah lagi sementara masih menggandeng perbuatan yang sama. [Edy Suhardono, 2014]
ARTIKEL – INFORMASI TERKAIT DI SEPUTAR WEB:
The Eight Reasons that People Cheat on Their Partners, By Susan Krauss Whitbourne
Baca artikel lengkapnya di psychologytoday.com
How Common is Cheating & Infidelity Really?, By John M. Grohol, Psy.D.
Baca artikel lengkapnya di psychcentral.com
Infidelity: Can Couples Move Past It?, By Rachel Pomerance Berl
Baca artikel lengkapnya di health.usnews.com
Infidelity Statistics, Source: Associated Press, Journal of Marital and Family Therapy
Baca informasi lengkapnya di statisticbrain.com