Berpikir positif ala Ngadimun dapat menjebak kita ke berpikir hipokrit.
Dalam kondisi sebagaimana yang terjadi pada UN, mungkin sikap pesimistik justru membantu. Ketika Anda dikatakan pesimis, Anda justru dapat menganggapnya sebagai pujian. Dalam kasus UN, pesimisme justru memungkinkan orang menerima dan bertahan dalam situasi kesulitan hidup, yakni untuk menemukan dorongan dari sisi lain. Jika Ngadimun tidak mendapatkan pikiran bahwa ia siap menangani masalah besar, bagaimana ia akan tetap tenang menghadapinya? Sebaliknya, bila ia selalu berharap untuk yang terbaik, mungkin ia tidak siap menerima, dan akan cenderung berkilah, ketika mendapatkan yang terburuk. Boleh jadi, orang pesimis adalah orang yang dekat dengan kehidupan.
Intinya, orang yang waspada dan dapat mengendus kemungkinan bencana, orang yang melihat kemungkinan keruntuhan di masa depan, mungkin justru orang yang benar. Mereka adalah para superstar yang berangkat dari pesimisme benar. Para optimis justru harus belajar dari mereka, sebab para optimis cenderung berorientasi aksi, tidak melihat hidup sebagai permainan dadu, tetapi sebagai tempat di mana orang harus membuat keputusan yang tepat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik atau membuat hidup lebih layak. Mereka perlu melihat bencana sebagai kesempatan untuk belajar, untuk mencari tahu apa yang harus mereka lakukan secara berbeda, untuk bertindak dengan dengan strategi baru.
Balik ke “Positif-Negatifnya “Berpikir Positif”