Categories
Begini Saja

Dari Pendidikan Berbasis Jalur ke Jurusan*)

Pendidikan di Indonesia telah lama menerapkan sistem berbasis jalur, di mana siswa diklasifikasikan ke dalam beberapa jalur –IPS, IPA, Bahasa/Budaya– sejak tingkat menengah atas. Dalam perspektif penulis, penghapusan jalur di SMA ke arah jurusan (area/field of study) dan peralihan menuju paradigma baru pendidikan berbasis talenta merupakan langkah revolusioner.

Melalui konsep konstruktivisme, keterlibatan aktif, dan kebermaknaan pembelajaran, pendidikan kini berusaha menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan individu siswa. Konstruktivisme menekankan bahwa siswa membangun pengetahuan mereka melalui pengalaman. Von Glasersfeld menyatakan bahwa belajar adalah proses aktif di mana pengetahuan diinterpretasikan melalui individu berdasarkan pengalaman mereka (Glasersfeld, 2021). Melalui perubahan konsep tersebut, pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa, karena mereka tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga berperan aktif dalam mengonstruksi pemahaman mereka.

Agar pendidikan dapat benar-benar berpusat pada siswa, diperlukan peta talenta atau kecerdasan melalui asesmen sembilan kecerdasan jamak. Dengan memahami profil kecerdasan masing-masing siswa, guru dapat menyesuaikan pendekatan pembelajaran dengan gaya pikir, gaya belajar, dan gaya kerja siswa. Hal ini akan meningkatkan kebermaknaan pembelajaran dan mendorong siswa untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Oleh karena itu, relevansi peta talenta/kecerdasan yang dilakukan oleh IISA Assessment Consultancy & Research Centre menjadi sangat penting.

Keterlibatan dan Pemaknaan

Keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar juga adalah kunci sukses pendidikan berbasis talenta. Finn dan Zimmer menjelaskan bahwa keterlibatan siswa mencakup keterlibatan kognitif, emosional, dan perilaku yang mendorong optimalisasi belajar (Finn & Zimmer, 2020). Keterlibatan aktif mengharuskan siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi, problem-solving, dan proyek berbasis pengetahuan nyata. Guru-guru harus mampu mendorong siswa untuk bertanya, mengeksplorasi, dan mencari jawaban secara mandiri. Ini menjadikan proses belajar lebih dinamis dan relevan.

Kebermaknaan pembelajaran adalah aspek penting lainnya. Anderson mengungkapkan bahwa kebermaknaan dalam pembelajaran memotivasi siswa untuk menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata mereka (Anderson, 2022). Hal ini salah satunya dapat dicapai dengan memetakan kecerdasan jamak siswa dan menyesuaikan pendekatan belajar sesuai dengan kecerdasan tersebut. Siswa yang dominan dalam kecerdasan linguistik, misalnya, akan lebih baik belajar melalui debat dan diskusi, sementara mereka yang memiliki kecerdasan spasial visual lebih optimal dengan bantuan visual seperti gambar dan grafik.

Peta talenta dan asesmen yang dilakukan oleh IISA Assessment Consultancy & Research Centre menjadi instrumen vital dalam implementasi tiga konsep ini: konstruktivisme, keterlibatan aktif, dan kebermaknaan pembelajaran. Pemahaman mendalam terhadap kecerdasan jamak individu melalui asesmen yang komprehensif memungkinkan penyesuaian metode pengajaran yang lebih personal. Data yang dihasilkan dari asesmen ini memberikan gambaran holistik tentang gaya pikir, gaya belajar, dan gaya kerja siswa. Penggunaan data ini lebih memberikan kepastian bahwa setiap siswa menerima pendekatan yang paling sesuai dengan cara belajarnya.

Perkembangan Holistik

Dengan cara yang customized tersebut, pendidikan tidak lagi hanya berfokus pada hasil akademik yang seragam, tetapi lebih pada perkembangan holistik setiap siswa. Ini sesuai dengan kesimpulan Damayanti (2021), bahwa pendidikan di Indonesia perlu beralih dari sistem klasifikasi jurusan (penjaluran) ke arah pendidikan yang lebih holistik dan berpusat pada siswa mengingat sistem jalur sering dianggap terlalu kaku dan membatasi potensi siswa.

Dengan menghapus sistem jalur, siswa akan memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya, serta mengembangkan kemampuan yang beragam. Hal ini sesuai dengan penegasan Duckworth dan Yeager bahwa pendidikan yang berfokus pada pengembangan talenta individu membantu siswa untuk mencapai potensi maksimal mereka (Duckworth & Yeager, 2021). Ini menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki potensi tersendiri yang perlu dikenali dan dikembangkan secara optimal.

Lebih lanjut, Suryadi (2020) menekankan pentingnya peran guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung konsep konstruktivisme, keterlibatan aktif, dan kebermaknaan pembelajaran. Guru harus mampu merancang aktivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa, memfasilitasi diskusi, dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Implementasi dari ketiga konsep tersebut, yaitu konstruktivisme, keterlibatan aktif, dan kebermaknaan pembelajaran, akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Selain itu, penerapan asesmen sembilan kecerdasan jamak dapat membantu siswa untuk mengidentifikasi dan mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

Dalam mewujudkan pendidikan yang berpusat pada siswa, peran pemerintah juga sangat penting. Pemerintah perlu menyiapkan kebijakan dan program yang mendukung implementasi konsep-konsep tersebut, serta menyediakan sumber daya yang memadai bagi sekolah dan guru. Dengan kolaborasi antara pemerintah, sekolah, guru, dan orang tua, diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dan dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal.

Secara keseluruhan, transisi dari pendidikan berbasis jalur ke jurusan yang mendapatkan dukungan dari konsep konstruktivisme, keterlibatan aktif, dan kebermaknaan pembelajaran menunjukkan masa depan yang lebih cerah bagi pendidikan. Dengan peta talenta dan asesmen kecerdasan jamak, kita dapat mencapai penyesuaian yang harmonis antara metode pengajaran dan kebutuhan individu siswa. Pendidikan yang lebih personal dan relevan akan mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik.

Daftar Referensi:

Anderson, L. W. (2022). Meaningful Learning in the Classroom. New York: Routledge.

Damayanti, S. (2021). Menuju Pendidikan Holistik: Transformasi Sistem Jurusan di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Kebijakan Pendidikan, 12(3), 45-56.

Duckworth, A. L., & Yeager, D. S. (2021). The Power of Talents: Fostering Student Potential. Cambridge: Harvard University Press.

Finn, J. D., & Zimmer, K. S. (2020). Student Engagement and Motivation. San Francisco: Jossey-Bass.

Glasersfeld, E. V. (2021). Learning as a Constructive Activity. Oxford: Blackwell.

Suryadi, A. (2020). Peran Guru dalam Menciptakan Lingkungan Belajar yang Konstruktif. Jurnal Ilmu Pendidikan, 18(2), 75-84.


*) Esai ini mengintegrasikan perspektif mutakhir dari pakar pendidikan dan penelitian terbaru untuk menghadirkan pandangan bagaimana pendidikan berbasis talenta dapat diimplementasikan secara efektif.

***

Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Pengamat Psiko-Politik. Buku terbarunya yang ia tulis bersama Audifax berjudul “Membaca Identitas: Multirealitas dan Reinterpretasi Identitas” (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2023). Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.


Terima kasih telah membaca. Beri komentar Anda tentang artikel ini.

Komentar

4 replies on “Dari Pendidikan Berbasis Jalur ke Jurusan*)”

Keren dan luar biasa pak, sangat detail dan berlandaskan dukungan teori & referensi para pakar. Saya sangat setuju pak Edy, dari pengalaman saya 30 tahun bergelut di dunia pendidikan, maka hal inilah yang paling pas utk pendidikan kita. Ke depan diperlukan anak anak yang kritis, kreatif dan kolaboratif. Assesmen kecerdasan jamak dari IISA, sangat membantu kami dalam menemukan talenta anak anak.

Ibu Dra. Caecilia Retno Widayanti, M.Pd. yang saya hormati,

Terima kasih atas komentar dan afirmasinya.

Saya sangat setuju dengan pendapat Bu Retno bahwa pendidikan harus berfokus pada pengembangan kemampuan kritis, kreatif, dan kolaboratif pada peserta didik. Penelitian yang relatif terbaru di Indonesia menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang menerapkan model pembelajaran berbasis proyek dan kolaborasi antar siswa, mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas siswa secara signifikan (Wijaya et al., 2020). Hal ini penting untuk mempersiapkan generasi masa depan yang mampu menghadapi tantangan zaman.

Asesmen kecerdasan jamak sebagaimana yang ditawarkan IISA juga sangat relevan untuk mengidentifikasi dan mengembangkan potensi-potensi unik yang dimiliki oleh setiap anak. Dalam pengamatan di beberapa sekolah di Indonesia, asesmen ini terbukti membantu guru dalam merancang program pembelajaran yang lebih sesuai dengan gaya belajar dan kebutuhan individual siswa (Santoso & Wulandari, 2019). Hal ini pada akhirnya berdampak pada peningkatan motivasi dan prestasi belajar.

Di masa mendatang, pendidikan yang berpusat pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi, serta didukung oleh asesmen kecerdasan jamak, akan menjadi penting bagi Indonesia untuk mencetak generasi muda yang siap menghadapi tantangan global. Berbagai inisiatif inovatif di bidang pendidikan perlu terus didorong dan didukung agar dapat berkembang dan memberikan dampak positif yang luas bagi kemajuan pendidikan di Indonesia (Nurdin et al., 2021).

Referensi:
Nurdin, N., Pettalongi, S. S., & Safitri, M. (2021). Inovasi pendidikan di Indonesia: Tantangan dan peluang. Jurnal Inovasi Pendidikan, 12(2), 45-57.
Santoso, A., & Wulandari, B. (2019). Implementasi asesmen kecerdasan jamak dalam pembelajaran di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 11(1), 23-32.
Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2020). Transformasi pendidikan abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber daya manusia di era global. Jurnal Pendidikan, 10(2), 269-302.

Ulasan dari Pak Edy dan Ibu Caecilia Retno Widayanti memunculkan harapan baru bagi tatanan pendidikan negara kita tercinta, Indonesia. Harapan baru yang dimaksud yaitu pemerintah fokus mempersiapkan sumber dana dan daya untuk mempersiapkan pendidik (guru dan dosen) melengkapi keterampilan sebagai fasilitator dalam rangkaian proses belajar siswa dan mahasiswa.
Pendidik akan fokus bagaimana berkreasi secara kreatif agar menjadi fasilitator yang motivatif, inspiratif.
Adapun data ragam gaya belajar, gaya kerja yang diinisiasi IISA melalui peta profil sembilan kecerdasan jamak membantu. Untuk itu perlu ada dukungan agar apa yang dilakukan IISA bisa semakin luas yang menggunakan
Kemudian peserta didik akan memiliki rasa nyaman dan senang belajar dikarenakan mendapat ruang dan dukungan yang mendukung gaya belajarnya.
Orangtua akan menjadi lebih fokus untuk mendukung peserta didik menjadi mandiri dan kreatif.

Terima kasih atas afirmasi dan komentar yang mendalam dan inspiratif Mas Sugeng Pramono, S.Psi., MM.

Saya setuju bahwa peran pendidik sebagai fasilitator sangat penting dalam membuat proses belajar lebih interaktif dan menyenangkan. Contoh dari penelitian yang relevan adalah studi dari Universitas Indonesia pada tahun 2021 yang menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis proyek meningkatkan keterlibatan dan kreativitas siswa hingga 30% (Prasetya, 2021).

Dengan dukungan dari multi-stakeholders terhadap inisiatif seperti yang diinisiasi IISA, kita bisa menciptakan ekosistem pendidikan yang menghargai diversitas gaya belajar dan kerja siswa. Hal ini tentunya akan membuat siswa merasa semakin nyaman dan termotivasi untuk belajar, serta mendukung target kemandirian dan kreativitas mereka.

Referensi:
Prasetya, A. (2021). “Impact of Project-Based Learning on Student Engagement and Creativity.” Journal of Indonesian Education Research, 15(3), 202-214.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *