Pada sepagi fajar mengusir tidur,
sang tangguh berdiri,
Luapan kebijaksanaan dan harapan memasuki.
Serupa kekasih bagi suci,
penyemangat bagi lelah,
Dengan seruan suportif,
khalayak melihat,
si raja hadir berjaya.
Puji-pujian melambung,
pendukung meraup nyanyian.
Kursi simbol asmara,
diamuk pasukan pemapasan.
Dalam ‘weruh sak durunge winarah’,
raja dipilih dan dikukuhkan,
Mengukir sejarah,
meruntuhkan duka,
walau asa ringkih,
kesedihan terpampang.
Namun tahukah kau,
korona memahkotai kepala berduri?
Syukur dan sengsara,
kerap saling bercampur.
Ia ciptakan kesejahteraan surgawi,
namun dosa terbukti,
Kesalahan ringan serasa menggenang, terpental dari singgasana.
Siapakah yang sewenang-wenang,
otoriter dan telengas?
Singgasana atau para pemuja,
yang mata gelap kasmaran?
Mereka yang memujanya,
kini berbalik,
tusukannya raut agresi,
Tiba-tiba nuansa menyeruak,
ganyang sang raja,
makzulkan demi impresi?
“Glory!” kata yang tak pernah jelas maksudnya,
Kini menjadi rundung penyesalan,
tragedi tanpa harmoni.
Pada akhirnya kotak pandora terbuka, pertanyaannya menentang,
Siapakah yang sebenarnya berkuasa?
Raja, atau pikiran sekelumit penonton perang?
Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Pengamat Psiko-Politik. Buku terbarunya yang ia tulis bersama Audifax berjudul “Membaca Identitas: Multirealitas dan Reinterpretasi Identitas” (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2023). Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.
One reply on “Glorifikasi”
Kekuasaan…
Tidak ada Rakyat maka pemimpin tidak ada apa apanya…
Apakah kekuasaan milik rakyat… Ataukah milik sekelompok orang…
Maka rakyat adalah kekuasaan itu sendirikah?