Categories
Begini Saja

Guru: Digugu dan Ditiru

Sejumlah catatan dan tulisan Edy Suhardono mengenai logika, kecerdasan matematika, kecerdasan interpersonal, dan belajar yang dihimpun dari Facebook IISA VISIWASKITA dan Facebook SoalSial.

Catatan via posting 24 Januari 2016

Andai para guru belajar melalui mengajar, tidak akan ada lagi keluhan para siswa atas cara para gurunya mengajar. Umumnya, cara mengajar guru adalah pengulangan dari bagaimana mereka menjadi siswa di masa silam. [Edy Suhardono, 2016]

Kesalahan Guru dalam Mengajar

Guru memang memang seharusnya sosok yang sadar bahwa ia ‘digugu dan ditiru’ (signifikan antara pernyataan dan tindakannya). Guru bukan sekadar jenis pekerjaan yang menghasilkan nafkah. {Edy Suhardono, 2016]

Catatan via posting 22 Januari 2016

Understanding what others understand, feel and want for him is the main indicator of children with high interpersonal intelligence. This intelligence allows them to act in a ‘real interpersonal’ in treating others, such as siblings, parents, teachers, friends, and a new person he knew. Otherwise, the tendency of ‘bullying’ is an indicator of how difficult the child to understand what other people understand, feel and want for him. [Edy Suhardono, 2016]

Memahami apa yang orang lain pahami, rasakan dan inginkan atas dirinya adalah penunjuk utama dari anak-anak dengan kecerdasan interpersonal tinggi. Kecerdasan ini memudahkan mereka untuk bertindak dalam ‘real interpersonal’ ketika memperlakukan orang lain, seperti: saudara kandung, orangtua, guru, teman, dan seseorang yang baru ia kenal. Sebaliknya, kecenderungan ‘bullying’ merupakan penunjuk tentang betapa sulit anak memahami apa yang orang lain pahami, rasakan dan inginkan atas dirinya. [Edy Suhardono, 2016]

Bullying, Empathy, & Multiple Intelligences

Catatan via posting 21 Januari 2016

Ketika Anda sulit menebak keinginan anak, sebenarnya bukan anak, tetapi mungkin justru Anda, yang inkonsisten dalam memenuhi kebutuhannya. Mungkin Anda memberikan hal yang ia tak perlukan, atau sebaliknya, Anda justru tidak memberikan yang ia butuhkan.[Edy Suhardono, 2016]

Kisah Anak SD yang Ingin Jadi Smartphone Ini Buat Para Orangtua Tersindir

Catatan via posting 18 Januari 2016

Dalam menentukan bidang studi yang tepat bagi anak-anak Anda, fakta bahwa Anda berusaha meyakinkan tentang bidang yang tepat bagi anak-anak Anda tidak selalu berarti bahwa Anda benar; sama halnya, Anda juga tidak sedang membohongi mereka. Anda hanya perlu bersikap rendah hati bahwa tidak semua yang Anda yakini adalah benar. [Edy Suhardono, 2016]

Mendidik Anak Menentukan Takdirnya Sendiri

Catatan via posting 17 Januari 2016

Semua yang berasal dari tanah akan kembali ke tanah. Semua yang dibangun di bawah kekayaan uang akan dijual sebagai kebangkrutan. [Edy Suhardono, 2016]

Using Individual-oriented Relationship Education to Prevent Family Violence

Catatan via posting 17 Januari 2016

Dengan rumus ajaib yang berbunyi “cintailah dan dukunglah anak secara finansial agar anak lebih pandai, lebih bahagia, lebih sukses”, maka prioritas utama orangtua adalah pemenuhan urusan finansial yang berbarengan dengan pengabaian hubungan yang hangat dengan anak. Mereka lupa bahwa kerenggangan hubungan antara anak dan orang tua yang sama-seks berkorelasi dengan banyaknya insiden pemberontakan terhadap otoritas orangtua dan tatanan sosial. Kondisi ini membuat anak rentan terhadap tawaran ideologi yang mengajarkan bahwa mereka adalah korban ketakadilan oleh lembaga sosial dan keagamaan mayoritas. [Edy Suhardono, 2016]

Why Teens Become Terrorists and What Schools Can Do

Catatan via posting 15 Januari 2016

Teroris sejatinya adalah penakut yang sulit keluar dari lingkar setan ketakutannya selain dengan merekonstruksikan konsep diri lewat pemaksaan terhadap orang lain agar menjadi sepenakutan seperti dirinya. [Edy Suhardono, 2016]

Teroris, Penakut yang Menakut-Nakuti

Catatan via posting 14 Januari 2016

Terorisme yang sebenarnya justru terletak pada teror akibat pemberitaan tentang terorisme. [Edy Suhardono, 2016]

JANGAN ANDA AJAK TEMAN UNTUK TAKUT

Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.

 

Terima kasih telah membaca. Beri komentar Anda tentang artikel ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *