Categories
Begini Saja

Siapa yang Lebih Negarawan: Jokowi-JK atau Prabowo-Hatta?

Selama masa menjelang Pilpres ini banyak orang gencar mempercakapkan sosok pasangan Capres-Cawapres. Salah satu mata percakapan adalah tentang kenegarawanan dari pasangan pasangan Capres-Cawapres. Lantas, apa yang dimaksud kenegarawanan dan bagaimana menakarnya?

Kenegarawanan seseorang dapat diukur dari sejauh mana seorang pemimpin mampu menghindari dua kesalahan paling umum dalam penyelenggaraan pemerintahan, yakni kesesatan anggapan tentang kelenturan dan mitos tentang solusi.

Kesesatan tentang Kelenturan

Kesesatan tentang Kelenturan (KK) adalah kecenderungan memaksakan visi atau cita-cita seseorang bagi dunia luar. Dalam psikologi, KK ditunjukkan dengan kecenderungan untuk mempertautkan antara diri sendiri dan dunia luar dengan modus mengasimilasikan daripada mengakomodasikan. KK merupakan usaha memerkosa realitas agar sesuai dengan parameter pemikiran yang dianut dan bukan penyesuaian pikiran agar sesuai dengan parameter realitas.

Sosok pemimpin dengan tingkat kenegarawanan rendah cenderung memposisikan lembaga-lembaga sosial-politik sebagai sesuatu yang harus diubah sesuai dengan keinginan dan pemikirannya. Padahal, lembaga-lembaga sosial-politik lahir sebagai hasil dari tindakan manusia, sementara tindakan manusia muncul dari sifat manusia, dan sifat manusia sangat mudah berubah (unfixable).

Dengan lain ungkap, tombol utama yang harus dikendalikan adalah sifat manusia. Di sini kenegarawanan seorang pemimpin termanifestasikan secara fenomenal melalui sejauh mana ia memiliki daya akomodasi terhadap realitas. Makin ia mencoba untuk melakukan apa yang senyatanya tidak pernah bisa dilakukan, makin berusaha memaksakan hal yang tidak mungkin itu menjadi seolah mungkin, makin rendah tingkat kenegarawanannya.

Dalam praktik, seorang negarawan adalah pemimpin yang mampu melayani masyarakat dan warga negara dengan baik justru karena sadar bahwa ia harus menggunakan sumber daya yang berharga dan terbatas untuk melakukan apa yang bisa dilakukan sesuai dengan hasil uji realitas.

Mitos tentang Solusi

Mitos tentang Solusi (MS) adalah keyakinan yang hampir tak pernah dipertanyakan lagi tentang keniscayaan dari bekerja keras sebagai prasyarat agar manusia dapat memecahkan masalah-masalah dunia atau, setidaknya, masalahnya sendiri.

Pemimpin dengan tingkat kenegarawanan yang tinggi adalah pemimpin yang meskipun sadar bahwa dunia ini sarat dengan dosa, kematian, kebodohan, penyakit, prasangka, penindasan, dan kemiskinan dan sebagainya, ia sadar bahwa itu semua tidak dapat diperbaiki dengan solusi atau kebijakan yang dibuat. Hal ini tidak berarti bahwa semua realitas harus diterima secara pasrah. Meskipun harus melawan semua realitas dan berusaha keras untuk memperbaikinya, ia tidak harus bersikukuh bahwa ia bisa mengatasi semuanya.

Ia sadar dan mengakui dengan rendah hati bahwa ia tidak bisa melakukan apa yang tidak bisa ia lakukan, bahwa ia tidak bisa melakukan kemustahilan. Ia akan memutuskan untuk lebih baik melakukan apa yang sebenarnya bisa dilakukan daripada harus membuang-buang sumber daya dan meningkatkan harapan palsu guna menundukkan kebodohan ekonomi dan politik. Ia akan hanya melakukan apa yang ia bisa; menjadi lebih bijaksana dan rendah hati dalam menilai sesuatu; dan tetap bertujuan untuk memungkinkan segala sesuatu meski tidak sempurna. Ia tidak akan mengejar kesempurnaan, tetapi akan melakukan langkah terbaik untuk melakukan pengatasan masalah.

Secara politik, seorang negarawan akan menghindarkan diri dari KK dan MS, dan memposisikan diri sebagai seorang realis politik atau “virtuoso politik”, bukan rasionalis politik. Ia sangat paham dan memperhitungkan sejarah, ia sangat historis dan bukan ahistoris. Sebaliknya, seorang politisi — sang Rasionalis Politik– cenderung meremehkan kesulitan yang berpusar dalam alam pemikiran rakyat dan berusaha secara habis-habisan untuk memaksakan hal yang ia pikir sebagai yang seharusnya.

Dengan tulisan pendek ini silahkan Anda menentukan, manakah di antara pasangan Capres-Cawapres yang lebih menunjukkan kenegarawanan. Juga manakah yang lebih menunjukkan kepolitisian: Jokowi-JK atau Prabowo-Hatta?

Terima kasih telah membaca. Beri komentar Anda tentang artikel ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *