Categories
Begini Saja

‘Swing Mood’ Pada Buzzer

Ada sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya swing mood di kalangan pendengung (buzzer) dan pendukung politik Jokowi di media sosial. Jika dikontekstualisasikan dalam rumusan awal “skenario dinasti politik Jokowi”, faktor-faktor tersebut sering kali dikaitkan dengan dinamika politik dan bagaimana masyarakat bereaksi terhadap perubahan tersebut. Salah satu faktor terpentingnya adalah persepsi bahwa prinsip politik Joko Widodo tidak konsisten atau berubah.

Klaim tentang kegagalan Jokowi menepati janjinya atau perubahan signifikan pada citranya, perubahan atau ketidakkonsistenan nilai atau keyakinannya, munculnya informasi baru yang mengubah sikapnya, atau perubahan motivasinya karena keadaan tertentu; tetapi juga tekanan dan insentif sosial yang menerpa para pendengung; kesemuanya bisa menghalangi atau mendorong para pendukung Joko Widodo dan berubah haluan menjadi penghujat.

Pola komunikasi dan interaksi antara Joko Widodo dan pendukungnya juga berperan penting dalam mempengaruhi sentimen masyarakat. Mereka yang mengapresiasi dan diakui upayanya akan terus mendukung, sementara mereka yang diabaikan atau diperlakukan tidak adil akan berubah haluan. Kadang swing mood ini juga dipengaruhi oleh campur tangan pihak ketiga. Informasi baru mengenai konflik politik-hukum, seperti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membuka jalan bagi Gibran untuk menjadi calon wakil presiden, atau pemberitaan negatif lainnya mungkin akan membuat mereka merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk tidak mendukung Jokowi atau bahkan menghujatnya.

Sering kali, tentara virtual membentuk kelompok atau komunitas virtual dengan satu tujuan: untuk melindungi atau mendukung politisi tertentu, termasuk Jokowi. Perubahan sikap yang tiba-tiba (kritik, tuduhan, bahkan ketidakpercayaan mendadak terhadap Jokowi yang sebelumnya ia dukung) bisa disebabkan oleh saling mengunci dari beberapa faktor.

Mekanisme Psikopolitik

Perubahan sikap dari pemuja menjadi penghujat juga dipengaruhi oleh fenomena “groupthink”, di mana individu-individu pendengung dalam suatu kelompok cenderung menganut kesamaan pandangan kelompok, meskipun hal tersebut bertentangan dengan sikap atau nilai-nilai pribadinya. Oleh karena itu, ketika pendapat dalam suatu kelompok berubah, maka pendapat pribadi cenderung berubah pula.

Baik fenomena pemujaan maupun penghujatan di kalangan pendengung atau tentara maya sering kali dipantik oleh proses identifikasi diri mereka dengan sosok Jokowi. Mereka merasa bahwa identitas dan keberadaan mereka terikat pada sosok Jokowi yang mereka dukung. Namun, ketika ada informasi atau peristiwa yang bertentangan dengan keyakinan atau harapan mereka terhadap Jokowi, mereka merasa terkhianati dan kecewa. Ini dapat menyebabkan swing mood yang drastis, sehingga telapak tangan berbalik dari pendukung menjadi penghujat. Mekanisme ini dalam psikologi politik dikenal dengan identifikasi diri.

Salah satu kebutuhan psikologis manusia adalah membentuk dan mempertahankan kepercayaan serta keyakinan atas apa pun. Pendengung atau pasukan maya yang fanatik mungkin cenderung mencari bukti atau informasi yang mendukung pandangan mereka tentang keluarga Jokowi. Salah satu pandangan yang menarik adalah bahwa keluarga Jokowi yang selama hampir sepuluh tahun secuil pun tidak diasosiasikan dengan Keluarga Cendana, lantas menjadi seolah kembaran nyata dari Keluarga Cendana hanya dalam tempo musim Pemilu.

Pun, jika mereka menemukan bukti atau informasi yang dianggap bertentangan dengan keyakinan mereka terkini, mereka bisa mengalami “disonansi kognitif”. Hal ini bisa memicu swing mood karena mereka harus berhadapan dengan ketidakcocokan antara keyakinan dan informasi baru yang ditemukan. Mekanisme ini dalam psikologi politik dinamakan “Konfirmasi Kepercayaan”.

Narasi Publik

Narasi publik yang kuat, terutama melalui media sosial atau media bawah tanah, dapat mempengaruhi opini dan sikap seseorang terhadap politisi tertentu, tak terkecuali Jokowi. Ketika pendengung atau pasukan maya menemui informasi atau narasi publik yang menggambarkan politisi tersebut dalam sorotan negatif, mereka bisa ikut-ikutan menghujat sang politisi. Terkadang, ini bisa menjadi refleksi dari penyebaran informasi yang salah atau sengaja menyesatkan.

Sikap dan pandangan seseorang terhadap sang politisi dapat berubah seiring waktu karena perubahan kondisi internal dan eksternal. Misalnya, pendengung atau tentara maya yang semula memuja sang politisi mengubah pandangan mereka terhadap sang politisi jika mereka merasa kebijakan yang diusulkan atau tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan atau kepentingan mereka.

Namun perlu diingat bahwa perubahan yang terakhir sudah berbalik seratus delapan puluh derajat itu mungkin juga akan berubah dan berubah lagi. Dalam politik dan media sosial, perubahan opini dan perilaku seringkali datang dan pergi dengan cepat seperti angin puting beliung. Hal inilah yang membuat psikologi politik menjadi bidang studi yang menarik dan dinamis. Swing mood di kalangan pendengung atau pasukan maya merupakan hasil dari beberapa faktor yang saling berinteraksi.

Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Pengamat Psiko-Politik. Buku terbarunya yang ia tulis bersama Audifax berjudul “Membaca Identitas: Multirealitas dan Reinterpretasi Identitas” (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2023). Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.

Terima kasih telah membaca. Beri komentar Anda tentang artikel ini.

Komentar

6 replies on “‘Swing Mood’ Pada Buzzer”

Terima kasih atas Ilmu yang diberikan…
Menambah Refrensi dan pisau analisa saya…

Salam Hormat…

Mas Hapsektio yang baik,
terima kasih telah singgah.

Entah sedang memimpin, dipimpin, mengajar atau diajari; kesemuanya menjadi kesia-siaan jika tidak ada ‘open-mindedness’ untuk belajar.

Tokoh regional (menjelang nasional?) seperti Anda akan sangat kontributif untuk menjadi batu penjuru masyarakat jika berusaha terus menerus untuk bertatapan dengan pandangan-pandangan yang beragam.

Semoga.

Bersyukurlah bila mempunyai standar nilai kepantasan yg masih diterima akal dan sosial yg hakiki sehingga dalam mengidentifikasikan dirinya tdk mudah ikut arus swing mood. Gampang mengail dan gampang menebar dan melepas, padahal harusnya tahu mana yg dipegang dan mana yg boleh dilepas.

Semoga jadi refleksi bersama.

Dr. Oetami yang baik,
Terima kasih konklusi dan masukannya yang reflektif.

Saya sepakat, agar memiliki standar nilai kepantasan yang diterima akal dan sosial, serta tidak mudah terbawa arus swing mood, penting untuk merenungkan dan merumuskan nilai-nilai yang dianggap penting dalam hidup, sambil memperbaiki cara berpikir dan menghilangkan pikiran negatif yang mempengaruhi pengambilan keputusan.

Selain itu, penting untuk mempertimbangkan dampak sosial dari tindakan yang diambil, bersedia terjun dalam pembelajaran diri untuk memperluas pemahaman tentang nilai dan etika, dan mempertimbangkan prinsip-prinsip universal seperti saling menghormati, kejujuran, integritas, dan keadilan.

Juga pentingnya menjaga kesadaran diri tentang nilai-nilai yang dipegang, menemukan keseimbangan antara nilai-nilai pribadi dan nilai-nilai sosial yang diterima oleh masyarakat, serta menghormati perbedaan pandangan orang lain. Ini semua akan membantu menciptakan standar nilai kepantasan yang seimbang, antara pertimbangan akal, sosial, dan hakiki.

Sebagian publik sudah capek melihat situasi geopsikopolitik, sehingga kaum buzzer lah yang mengambil alih peran, meskipun ternyata keberpihakan menjadi pertanyaan juga.
Sekarang tinggal bagaimana, sebenarnya, tanggung jawab moral dan profesional kalangan akademisi, maupun praktisi ahli.
Benarkah sikap politik klan Pak Jokowi sudah layak diikuti?
Benarkah tidak layak diikuti?
Semua berpulang kepada masing-masing individu.
Sebagian bingung sendiri dan akhirnya memilih untuk menjadi silent people.
Mungkin sebenarnya apatis untuk berpihak.

Dr. Nugroho Depe yang tanggap,

Terima kasih atas pemetaan, postulat dan harapan tentang tata geo-psiko-politik yang lebih baik.

Dalam situasi seperti yang Anda petakan, peran para profesional akademik dan praktisi sangat penting sebagai bentuk pertanggungjawaban moral mereka. Mereka memiliki tanggung jawab untuk menyediakan informasi yang akurat, obyektif, dan berdasarkan studi dan penelitian yang mendalam, untuk membantu masyarakat memahami isu-isu yang kompleks seperti situasi geo-psiko-politik dan isu-isu politik viral.

Para profesional ini dapat menghasilkan analisis yang netral dan argumentasi yang berdasarkan data, sehingga masyarakat dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi. Penting untuk mendorong diskusi terbuka dan beragam dalam mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan opini, tanpa mengambil sikap yang terlalu pendiam atau acuh tak acuh.

Meskipun orang mungkin memiliki pandangan yang beragam tentang posisi politik dinasti Jokowi, ini adalah kesempatan untuk diskusi yang konstruktif dan mendalam yang didorong oleh standar akademik dan profesional.

Semoga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *