Categories
Begini Saja

Bukan Malas Belajar, Tetapi Belajar Dari Kemalasan

Artikel ini diperiksa dan disunting ulang dari artikel Edy Suhardono yang pertama kali dipublikasikan di Facebook Edy Suhardono, “Bukan Malas Belajar, Tetapi Belajar Dari Kemalasan”, 16 Maret 2016.

Mungkin karena sama-sama diawali huruf U, dunia pendidikan dasar dan menengah kita merancukan antara “(U)jian” dan “(U)langan”. Kerancuan ini membuka kemungkinan bahwa ujian cenderung dimaknai sebagai ulangan, dan sebaliknya.

Jika ulangan diidentikkan dengan ujian, maka kita melupakan nasihat B.F. Skinner bahwa “pendidikan bertahan justru ketika apa yang telah dipelajari dilupakan”. Dalam konteks ini, Anda tidak perlu panik ketika anak malas belajar, sebab hakekat belajar adalah melupakan, sementara mengulang melalui mengingat bukan merupakan jaminan bahwa anak akan tiba pada pemahaman.

Secara ekstrim, Heraclitus, yang hidup antara tahun 544 sampai dengan 483 sebelum masehi menegaskan, “banyak pembelajaran tidak mengajarkan pemahaman.” Jika anak berhasil mengulang dan mengulang materi pelajaran, hal itu bukanlah sebuah status tentang “lulus ujian”, tetapi status tentang betapa ia “tunduk pada otoritas”.

Dalam konteks ini pula, yang Anda klaim sebagai “malas belajar” bukanlah kondisi “hilangnya tanggungjawab” anak, tetapi justru sebuah tahapan proses dari anak untuk mencapai pemahaman.

Baca artikel berikut: How to manage cognitive differences in students

Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.

 

Terima kasih telah membaca. Beri komentar Anda tentang artikel ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *