Categories
Begini Saja

Kenapa Pencemburu Hampir Selalu Menjadi Pembenci?

Artikel ini diperiksa dan disunting ulang dari artikel Edy Suhardono yang pertama kali dipublikasikan di Facebook Edy Suhardono, “KENAPA PENCEMBURU HAMPIR SELALU MENJADI PEMBENCI?”, 31 Oktober 2016.

Ada beda antara rasa cemburu, iri dan benci. Pengiri tidak membenci targetnya, hanya mengingini semua kualitas baik pada diri target atau setidaknya menginginkan agar berada pada posisi yang baik sebagaimana ditempati sang target.

Rasa cemburu berbeda dengan iri. Pencemburu cenderung membenci target. Rasa benci menjadi sebentuk afirmasi dari kegagalan pembenci akibat rendahnya kesadaran diri dalam menerima kritik dari luar dirinya.

Orang tidak sekonyong-konyong menjadi pembenci. Mereka bergeser dari posisi pengiri menjadi pembenci sejalan dengan perubahan dalam memosisikan target, yakni dari pemosisian target yang semula lawan menjadi musuh. Kondisi yang menyebabkan perubahan pemosisian lawan menjadi musuh terjadi karena target telah berubah dari yang semula hanya menghalangi keinginan menjadi sosok yang telah melakukan penghinaan.

Rasa terhina membuat pembenci memaksa diri untuk menghabisi musuh yang dianggap telah menjadi pelaku penghinaan. Dalam hal ini pembenci digerakkan oleh “motif memperbaiki musuh” yang sedemikian rupa sehingga pembenci tak lagi merasa terhina.

Pembenci memiliki seabgreg kualitas mulai dari menentang siapa pun yang berbeda pendapat dengannya melalui lontaran kritik negatif, hingga melihat hanya salah satu dari dua kutub: “Anda membenci saya atau Anda mencintai saya.”

Apakah pembenci diametral dengan pecinta? Tidak. Pembenci adalah ‘mantan pecinta’. Baik pembenci maupun pecinta sama-sama peduli pada target. Pembenci bahkan sangat peduli pada musuhnya, sama halnya pecinta yang peduli pada kekasihnya.

Bedanya, pembenci memilih berada pada posisi yang selalu benar melalui tindakan membenci, sementara pecinta bersedia berada pada posisi yang salah sehingga masih bersedia mengubah diri.

Pembenci selalu memiliki alasan untuk mendaku kebenaran dari apa yang dia katakan, sementara pecinta tidak tidak pernah mendaku benar sebelum memiliki fakta untuk menegaskan kebenaran.

Nah, menurut Anda, yang berikut ini sosok pengiri, pencemburu, atau pembenci?

Tautan:

Fahri Hamzah Nilai Laporan Gratifikasi oleh Jokowi ke KPK Bisa Jadi Blunder.

Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.

 

Terima kasih telah membaca. Beri komentar Anda tentang artikel ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *