Categories
Begini Saja

Pemain berpeluang mengubah skor permainan

Sejumlah catatan dan tulisan Edy Suhardono mengenai motif berkuasa dan perilaku orang bermuka dua yang dihimpun dari Facebook IISA VISIWASKITA dan Facebook SoalSial.

Catatan via posting 10 Maret 2015

Kekeliruan adalah penerimaan sebagai benar atas apa yang senyatanya salah, termasuk penyangkalan atas apa yang senyatanya benar. Keliru adalah kegagalan pemahaman, sedangkan salah adalah hasil dari tindakan akibat kekeliruan. Keliru adalah akibat salah mengidentifikasi bukti dari apa yang dipikirkan. Keliru berlanjut ke kesalahan dalam membuat keputusan. Tidak ada salah keputusan jika tak terjadi kesalahan dan tak ada kesalahan jika tak terjadi kekeliruan. [Edy Suhardono, 2015]

Anggota Fraksi Gerindra DPRD DKI Akui Hidup Anggota Dewan Tergantung dari Dana Siluman

Catatan via posting 31 Januari 2015

Tidak selalu benar bahwa kebenaran dari suatu sangkaan dan tuduhan harus digantungkan semata pada ada tidaknya pengakuan yang diperlakukan sebagai pembuktian atas kebenaran, sebab dari sebuah pengakuan masih dapat dibuktikan sejauh mana di dalamnya terkandung kepalsuan. [Edy Suhardono, 2015]

Psikologi Pengakuan

Catatan via posting 27 Januari 2015

“Sehebat-hebatnya penonton yang paling hebat sekelipun, ia tak akan melampaui ketakbecusan pemain yang paling tak becus sama sekali; dan sejelek-jeleknya seorang yang bermain secara sangat buruk, ia masih lebih berpeluang mengubah skor permainan dibandingkan ulah penonton yang paling getol menilai permainan” [Edy Suhardono, 2015].

Menyedihkan, 100 Hari Jokowi-JK!

Catatan via posting 13 Januari 2015

Saya menyadari, untuk tahu apa yang saya tuju, saya perlu tahu apa yang membuat saya terpuruk sebelum saya mendapatkannya. Di dalam proses untuk mendapatkannya, saya selalu dihadapkan pada tenggat waktu dan kenyataan bahwa jalan yang saya tempuh sering tidak sepenting arah yang saya tuju. Akhirnya, apa yang saya peroleh dengan pencapaian tujuan pun kadang perlu mengabaikan tentang persoalan saya sedang menjadi sosok semacam apa. [Edy Suhardono, 2015]

41 People You Won’t Believe Actually Exist

Catatan via posting 8 Januari 2015

Menemui pacar di saat awal masa pacaran dilakukan secara lebih “sadar” dibandingkan dengan kebiasaan menggandeng tangan pasangan setelah menjadi pasangan suami-isteri. [Edy Suhardono, 2015]

Catatan via posting 6 Januari 2015

Perlu sangat dipikirkan bagian mana dari diri kita yang akan tetap abadi meski tubuh sudah mati. [Edy Suhardono, 2015]

The Mortality Paradox

Catatan via posting 17 Desember 2014

Anak-anak cerdas lebih suka belajar daripada diajari. Sayang sekali, para orangtua dan guru lebih sering menganggap bahwa anak yang tak mau diajari adalah anak yang tak mau belajar. Akibatnya, yang dimaksud dengan jadwal belajar sebenarnya adalah jadwal mengajar. Inilah kegagalan yang paling fatal dalam mendifinisikan masalah sehingga para orangtua pun terbebani untuk membeli buku-buku pelajaran. [Edy Suhardono, 2014]

Catatan via posting 16 Desember 2014

Hari-hari, utamanya di hampir setiap sesi-sesi konsultasi dan konseling, saya dihadapkan pada para orangtua yang dikaruniai putera-puteri yang termasuk dalam kategori indigo, kristal, dan pelangi. Kerancuan, kalau bukan kegaduhan, memahami anak-anak berkarunia khusus ini hampir selalu datang dari mindset yang diadopsi dari keumumam, kelaziman, dan ortodoksi nalar tentang bagaimana seharusnya perilaku anak yang seolah harus mengamini “kata dunia”, “kata pasar”. Saya berharap, artikel yang saya terjemahkan ini membantu pembaca untuk mengambil perspektif berpikir guna memahami anak indigo, kristal, dan pelangi secara rendah hati –sekali lagi—secara rendah hati. [Edy Suhardono, 2014]

Anak-anak Pelangi, Kristal, dan Indigo

Catatan via posting 11 Desember 2014

Untuk menguji sejauh mana Anda mampu mencintai, Anda perlu mengingat tentang bagaimana orangtua Anda mencintai Anda, yakni dengan membesarkan anak-anak sendiri. Dengan demikian, Anda tidak akan pernah lupa apa yang perlu diingat dan akan selalu mengingat apa yang terbaik untuk Anda lupakan. [Edy Suhardono, 2014]

Harapan Terakhir Steve Jobs: Mengenal Anak-anaknya Sebelum Terlambat

Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.

 

Terima kasih telah membaca. Beri komentar Anda tentang artikel ini.

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *