Sejumlah catatan dan tulisan Edy Suhardono mengenai pernikahan, politik, keingintahuan, dan rahasia yang dihimpun dari Facebook IISA VISIWASKITA dan Facebook SoalSial.
Catatan via posting 27 Februari 2017
Makin bertambah tahun pernikahan, makin jarang pasangan (1) saling meminta ijin, (2) saling meminta maaf, (3) saling berterima kasih; dan (4) saling memuji. Ketika keempat modus relasi ini menghilang dari peredaran, pasangan rentan mengalami retak hubungan, terlebih manakala mendapatkan justru dari luar rumah.
Catatan via posting 23 Februari 2017
Politics has replaced philosophy in which all the unethical to be “the unprofessional” and “the unprofessional” to be “the unintentional”. [Edy Suhardono, 2017]
Politik telah mengganti filsafat di mana semua sopan untuk menjadi ” Profesional ” dan ” Profesional ” menjadi ” disengaja “. [Edy Suhardono, 2017]
Catatan via posting 9 Januari 2017
Devaluasi kebenaran terjadi seiring tumpulnya akal budi yang kelewat sering digunakan untuk “membenarkan keyakinan” dan tidak untuk “meyakini kebenaran”. [Edy Suhardono, 2017]
Catatan via posting 2 Desember 2016
The history of mankind proves that there is no differentiating factor of authority but the silence; and there is no differentiating factor of incomprehension except shouts and insults. [Edy Suhardono, 2016]
Catatan via posting 2 Desember 2016
Keberhasilan dalam menghimpun begitu banyak orang dengan pemikiran yang sama adalah kegagalan menemukan mitra yang mampu berpikir secara masuk akal, sementara orang yang mampu berpikir secara masuk akal bukanlah mereka yang mudah sependapat dengan pemikiran banyak orang, tetapi justru yang mampu membaca dan menemukan perbedaan pendapat di antara banyak orang. [Edy Suhardono, [2016]
The success in mobilizing so many people with the same thought was the failure to find a partner who is able to think sanely, while people who are able to think sanely are not those who easily agree with the thinking of many people, but those who able to read and find the difference of opinion between many people. [Edy Suhardono, [2016]
Catatan via posting 1 Desember 2016
SENSASI MIMPI
Jika tahu apa yang dilakukan adalah kekonyolan, maka itu hanya menunjukkan semacam percobaan membikin sensasi tentang bagaimana dunia yang sedang diimpikan para psikopatik. [Edy Suhardono, 2016]
Kenapa orang sengaja membakar dan menonton kobaran api rumah tetangga yang dibakarnya, tapi masih sempat memaki dan menyalahkan karena sang tetangga gagal menjaga rumahnya?
Catatan via posting 29 November 2016
Pembeli simpati kadang berganti muka sebagai penjual simpati. Keduanya menyatu padu dalam peran para pedagang simpati. {Edy Suhardono, 2016]
Catatan via posting 29 November 2016
HANYA PENGIN TAHU
Kenapa ikut tes dan tes lagi?
Penasaran tentang diri sendiri.
Jika hasilnya sesuai harapan,
merasa puas, benar, dan makin pro status quo.
Jika hasilnya tak sesuai harapan,
tak mau tahu,
bahkan tentang apa yang akhirnya diketahui.
Baik jadi pemuja diri,
maupun penyangkal diri,
seyogyanya tak perlu terjadi,
jika tujuan tes adalah mengubah diri,
untuk keluar dari lingkar masalah selama ini.
[Edy Suhardono, 2016]
Catatan via posting 24 November 2016
R A H A S I A
“Abscondam, ergo ego in eo” (Latin).
Artinya, aku menyembunyikan, maka aku di dalamnya.
Manusia bukan apa yang ia pikirkan tentang dirinya,
tetapi apa yang ia sembunyikan tentang dirinya.
Orang yang bijaksana adalah yang mampu menyimpan rahasia,
tetapi tidak lantas menjadi bijaksana hanya karena orang menjaga rahasia.
Sebuah rahasia tetap rahasia,
sampai orang membuat orang lain berjanji,
untuk tidak mengungkapkannya.
[Edy Suhardono, 2016]
Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.