Categories
Begini Saja

Tayangan Ganjar di Azan TV

Ada beberapa reaksi/tanggapan yang muncul atas tayangan Ganjar Pranowo di Azan TV. Beberapa pihak mungkin mengapresiasi tindakan Ganjar Pranowo, karena tayangan itu merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan Ganjar Pranowo terhadap agama sehingga ini dapat dilihat sebagai indikasi bahwa sebagai capres ia memiliki sikap inklusif terhadap perbedaan agama. Sebaliknya, beberapa pihak mengkritik keras tindakan Ganjar Pranowo karena dianggap menggunakan agama secara politis bahkan dengan sengaja melakukan kampanye politik di tempat ibadah yang konon sebagai aturan main masih kontroversial.

Tayangan Ganjar Pranowo di Azan TV ditengarai dapat memicu politisasi agama. Hal ini dapat mempolarisasi masyarakat dan meningkatkan ketegangan antarkelompok agama. Ada pihak tertentu yang menafsirkan tindakan Ganjar Pranowo sebagai bentuk populisme agama, di mana ia menggunakan retorika dan simbol-simbol agama untuk memenangkan dukungan publik. Reaksi terhadap hal ini beragam, ada yang mendukung dan ada pula yang skeptis terhadap niat dan keaslian tindakan tersebut.

Sebagai kepentingan praktis jangka pendek, tayangan tersebut ditengarai dapat memperkuat basis dukungan dari umat beragama yang percaya bahwa Ganjar Pranowo mewakili dan membela kepentingan agama mereka dan ini dapat mempengaruhi perolehan suara dalam pilpres. Sebaliknya, ada pihak-pihak yang sangat mengambil posisi pemisahan agama dan politik dan melihat tindakan Ganjar Pranowo sebagai tindakan yang bertentangan dengan prinsip ini. Reaksi mereka dapat berupa kekecewaan atau ketidaksetujuan.

Perilaku dan Wacana Politik

Psikologi politik mempelajari pengaruh faktor-faktor psikologis terhadap perilaku dan wacana politik. Peristiwa calon presiden yang sedang salat di tempat ibadah pun dapat dianalisis dari perspektif psikologi politik. Secara positif, tayangan tersebut mungkin menunjukkan solidaritas sang capres dengan kelompok agama tertentu, atau sebaliknya; secara negatif, tayangan tersebut menegaskan tentang oportunisme politik dan penggunaan agama untuk kepentingan politik.

Framing atau pembingkaian semacam itu dapat mempengaruhi bagaimana kemudian pemilih memandang sang capres dan bagaimana mereka memutuskan pilihan mereka. Tayangan tersebut mencoba menggambarkan sang capres sebagai sosok religius atau dibingkai secara religius untuk membuatnya lebih dapat diterima atau menarik bagi para pemilih, utamanya yang memprioritaskan nilai-nilai agama. Ini bisa menjadi teknik yang efektif jika dilakukan dengan baik, tetapi juga bisa menjadi kontroversial jika kredibilitas sang capres malahan dipertanyakan atau jika ada pihak yang merasa bahwa agama digunakan untuk kepentingan politik praktis.

Selain framing, penayangan itu juga dapat menciptakan apa yang dikenal sebagai efek priming,di mana tayangan tersebut dapat memicu pemikiran atau asosiasi tertentu tentang hubungan antara politik dan agama atau bagaimana sang capres dikesankan mengutamakan dan menghargai keragaman agama di masyarakat.

Menonton tayangan tersebut juga dapat menimbulkan identifikasi emosional dengan perilaku capres di tempat ibadah dan memperkuat keyakinan atau dukungan penonton terhadap sang capes yang mempertontonkan praktik keagamaan yang dianggap penting oleh sebagian orang. Kekuatan pengaruh psikologi politik ini bergantung pada keyakinan politik dan agama individu. Satu orang mungkin melihat tayangan tersebut sebagai sesuatu yang sopan dan menghormati kebebasan beragama dan keragaman sosial. Namun, orang lain mungkin melihatnya sebagai manipulasi politik atau pelanggaran terhadap pemilahan antara agama dan negara.

Manipulasi lewat tayangan tersebut juga dapat dianalisis berdasarkan tema-tema seperti identitas agama, yakni sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat identifikasi capres dengan kelompok agama tertentu. Ini bisa menjadi strategi ganda: di satu sisi, hal ini dapat menarik pemilih dari kelompok agama yang bersangkutan; namun di sisi lain, hal ini juga dapat mempolarisasi dan mengucilkan pemilih di luar kelompok tersebut.

Selain itu semua, mungkin penayangan tersebut dapat juga ditafsirkan sebagai upaya untuk meningkatkan kredibilitas sang capres yang memamerkan betapa ia adalah individu otentik dengan kehidupan spiritual yang tidak perlu disangsikan lagi. Lagi-lagi, efektivitas dari strategi ini sangat bergantung pada bagaimana para pemilih memandang kesejatian tindakan sang capres.

Pada akhirnya, penulis sekadar mau menunjukkan, betapa kompleks interaksi antara agama, politik, dan citra publik sebagai titik-titik telaah Psikologi Politik.

Tentang Penulis: Edy Suhardono adalah Pendiri IISA VISI WASKITA dan IISA Assessment, Consultancy & Research Centre. Pengamat Psiko-Politik. Penulis buku “Refleksi Metodologi Riset: Panorama Survey” (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001). Ia juga penggagas SoalSial. Ikuti ia di Facebook IISA dan Twitter IISA.

Terima kasih telah membaca. Beri komentar Anda tentang artikel ini.

Komentar

6 replies on “Tayangan Ganjar di Azan TV”

agak sulit mengomentarinya Pak Edy, karena seperti pedang bermata dua. tergantung dari sisi mana ia menilai. tetapi menurut pendapat pribadi saya, karena ini tahun politik semuanya akan diarahkan kepada dukungan atau simpati politik. menurut saya agama atau tindakan beragama seharusnya tidak perlu di publikasi ke publik. cukup itu sebuah keyakinan kita kepada sang khalik.

Terima kasih, Mas James.

Banyak negara telah mengadopsi berbagai sikap terhadap agama, mulai dari teokrasi hingga ateisme negara. Teokrasi adalah “pemerintahan dengan bimbingan ilahi atau oleh pejabat yang dianggap mendapat bimbingan ilahi”.

Mungkin negeri ini salah satu varians abu-abu di mana agama diusung untuk urusan musiman.

Kata kunci yang terkait peristiwa itu dalam konteks hingar-bingar politik saat ini adalah: interpretasi, preferensi / framing dan rekam jejak.
Dari sisi psikologis, dari sononya setiap orang pasti diberi sekaligus dibatasi dengan kapasitas persepsi. Dengan persepsi itu kita menginterpretasi apa saja, termasuk yang dilakukan oleh Ganjar. Persepsi akan semakin mendominasi interpretasi kita manakala kita sendiri tidak hadir (real maupun virtual) bersama pak Ganjar itu. Interpretasi kita pasti akan dipengaruhi oleh preferensi atau bahkan pengaruh ‘framing’ kita atas siapa Ganjar itu. Dan framing itu pasti dilakukan pula oleh team suksesnya Ganjar. Akan tetapi yang lebih penting adalah pengetahuan kita atas faktual rekam jejak Ganjar. Dan itu tidak cukup mengacu setahun atau dua tahun belakangan. Mari mengingat kembali kiprahnya pada awal-awal jabatannya sebagai Gubernur Jateng. Terlebih kinerjanya ketika jadi anggota DPR. Betulkah ketika dia DPR dia pro inklusifitas? Ketika dia baru saja memulai jabatan gubernur, adakah ia juga cukup dekat dengan kaum agama? Apakah ia pejuang kepentingan umum?

Mas Sunar,
Terima kasih atas komentar yang mengajak kita semua mengendapkan semua respon dan menabrakkannya dengan rekam jejak GP.

Hubungan antara persepsi, preferensi, dan interpretasi dalam menilai perilaku Ganjar, yang kali ini tidak konsisten dengan catatan rekam jejak, kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk informasi yang tersedia, media massa, pengalaman pribadi, dan latar belakang budaya dan politik.

Jika dalam kasus ini perilaku GP kontradiktif dengan rekam jejaknya, niscaya persepsi tentang GP dapat bervariasi tergantung pada bagaimana informasi diterima dan dipahami publik. Ketika GP memiliki latar belakang yang bertentangan dengan kejadian atau setidaknya kesetujuan dengan kejadian penayangan ini, preferensi publik dapat dipengaruhi oleh sejauh mana mereka berpikir bahwa GP mewakili atau konsisten dengan preferensi politik mereka secara lebih luas.
Dalam konteks GP dengan masa lalu yang kontradiktif dengan tayangan yang sedang disorot, sejumlah faktor dapat mempengaruhi reaksi pemilih:

1.Pemilih yang sangat loyal terhadap partai pendukung lebih cenderung memaafkan atau membenarkan perilaku GP yang tidak konsisten tersebut apalagi jika GP berasal dari partai yang mereka dukung.

2.Cara GP dan tim kampanye menangani masalah kinerja yang tidak konsisten ini dapat mempengaruhi persepsi dan preferensi pemilih.

Dari sini, pentingnya persepsi, preferensi, dan interpretasi dalam mengevaluasi GP dengan latar belakang yang kontradiktif sangat dipengaruhi oleh faktor personal, latar belakang politik, dan cara memproses informasi. Dalam konteks ini, pemilihan tetap merupakan proses subjektif yang melibatkan evaluasi yang berbeda dari para pemilih.

Selalu menarik soal politik di tahun politik ini. Irisan agama, politik, dan citra publik ini memang perlu dikelola dengan bijaksana oleh c(w)apres supaya elektabilitasnya meningkat. Bagi saya pribadi, aksi capres yang persis di bahas di atas cukup menguntungkan pihaknya karena memang yang disasar adalah swing voter dari kalangan/kelompok yang lebih konservatif.

Terima kasih atas tanggapan Mas Leo DH yang melihat dari sisi Ganjar, pun dengan memberi kondisi bahwa “yang disasar adalah swing voter dari kalangan/kelompok yang lebih konservatif”.

Saya mungkin sejalan dengan beberapa hasil survei pemeriksa TV yang mentaksonomikan bahwa acara Adzan TV dikenal dengan pemirsanya yang konservatif, sehingga penampilan Ganjar Pranowo dalam program ini dapat memberinya visibilitas yang baik dan menciptakan peluang untuk menjangkau demografi ini. Artinya acara Adzan TV berada dalam setting publik yang bukan tempat ibadah tetapi tersegmentasi pada pemirsa yang konservatif.

Mengandalkan pada rekam jejak Ganjar Pranowo yang dikenal sebagai pemimpin yang berorientasi pada solusi dan inklusif, penampilannya di Adzan TV dapat menjadi upaya untuk memproyeksikan nilai-nilai dan ide-ide yang beresonansi dengan komunitas konservatif ini dan mempengaruhi pemikiran mereka. Dengan melakukan hal tersebut, ia meningkatkan kemungkinan bahwa para pemilih yang konservatif akan mempertimbangkan untuk mendukung Ganjar Pranowo.

Namun, efektivitas strategi ini akan tergantung pada konsistensi pesan, otentisitas penampilan, dan kedalaman pemahaman tentang kebutuhan dan aspirasi kelompok-kelompok yang lebih konservatif dibandingkan dengan segmen pemirsa acara Adzan TV ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *